Tuesday, October 20, 2015

Kabut Asap Yang Beruntung Siapa?

Yang beruntung adalah mereka yang tidak dimarahi siapa-siapa. Hebat bukan? Meski sekitar 30 juta orang menghirup kabut asap yang dibuat dengan cara membakar hutan (yang kayunya sudah ditebangi, diolah dan dijual), mereka yang terpapar asap itu tak berdaya.

Tak sempat berpikir lagi mengapa hal ini terus terjadi. Mau marah? Tak mungkin dilawan. Sebab kabut asap merupakan dampak sebuah industri perkebunan besar yang merupakan penopang ekonomi lokal dan nasional.

Pekebun lokal merangkap investor kecil-kecilan boleh jadi juga menghirup asap, bagi yang tidak mampu atau tidak mau membeli rumah di Jabodetabek atau Jawa Barat. Apa salahnya menghirup asap jika beruntung? Namun bagi mereka yang buntung menghirup asap sudah menjadi rutinitas. Beli oksigen.Ya, tanah airku udaraku, semua ku beli.

Tulisan ini hanya merupakan bentuk rasa simpati sebagai orang yang pernah tinggal di Riau dan menghirup asap tebal. Jarak pandang hanya 5 meter. Kala itu tahun 1999. Di mana hutan Riau habis dibakar, dan asapnya memenuhi kota Pekanbaru. Sudah nasib, berkorban lah demi negara mu yang mengejar posisi nomor satu sebagai produsen sawit dunia. 

Meski mengakibatkan anomali lingkungan, dan tidak ada komplain yang serius dari badan dunia maupun negara maju mana pun, maka kabut asap suka atau tidak diterima saja.

Namun, sekali-sekali cobalah menggunakan pikiran jernih dan hati yang bersih....apakah kita dan mereka yang berusaha menciptakan nilai tambah dari tanah Indonesia yang subur ini masih memiliki hati nurani??




Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment