Pertanyaan ini diajukan sehubungan sampai dengan hari ini Israel tidak terbebas dari serangan wabah corona virus di mana berdasarkan situs worldometers Israel berada dalam nomor urut 18 dengan korban terinfeksi 8.611 dengan korban jiwa 55 orang.
Namun yang pasti sebagaimana dilansir dari cbsnews.com pada tanggal 31 Maret 2020, hari Selasa itu telah disanitasi dan dibersihkan oleh petugas yang mengenakan jas hazmat dan masker gas. Pada saat yang sama petugas melepas catatan doa yang terselip di batu-batu dan dikubur bersama tas ke bukit Zaitun.
PM Benjamin Netanyahu telah memperbaharui ketentuan 'social distancing' disebabkan adanya laporan bahwa komunitas Yahudi 'ultra-ortodoks' tidak mengambil tindakan pencegahan dengan serius. Aturan baru sebenarnya melarang doa dan pernikahan di depan umum, namun mereka tetap membuat pengecualian dengan kelompok doa 10 orang yang dikenal dengan "minyan" dengan ketentuan harus berjarak 6 kaki satu sama lain. Selanjutnya Netanyahu meminta warga agar perayaan Paskah atau Ramadhan dilakukan di rumah masing-masing dengan tanpa keluarga besar atau teman.
Jika dibandingkan dengan Kabah di Mekkah, jelas pemerintah Saudi dengan tegas menutup sejak sebulan yang lalu. Meski dua hari yang lalu terdengar kabar bahwa tempat suci Mekkah dan Nabawi di Madinah sudah dibuka, belum ada lampu hijau bagi peziarah seluruh dunia dari pemerintah Arab Saudi untuk melaksanakan umrah bahkan haji.
Agaknya, pemerintah Israel perlu lebih tegas lagi dalam pembatasan kegiatan di Tembok Ratapan Yerusalem agar menutup kemungkinan penyebaran wabah lebih luas lagi.