Pada suatu hari, saya terdampar di Puskesmas kecamatan di sebuah kota di Kepulauan Riau.
Flu ringan akibat musim hujan masih tersisaSaya berobat ke Puskesmas yang murah meriah.
Mengapa ?
Karena sama seperti rakyat Indonesia lainnya yang hidup pas-pasan,
Ya mau tak mau cari yang murah lah Bung.
Mana kuat bayar dokter umum, muahal bok.
Saking banyak yang berobat
Saya kebagian nomor urut 15, ada beberapa orang lain di depan bangku saya.
Persis di sebelah bangku saya, seorang nenek-nenek terduduk lemas.
Saya kebagian nomor urut 15, ada beberapa orang lain di depan bangku saya.
Persis di sebelah bangku saya, seorang nenek-nenek terduduk lemas.
Seorang perawat terdengar memanggil : Dara, Dara, ibuk Dara…….
Tak satupun yang menyahut atau masuk ke ruang periksa.
Ketika matahari mulai naik, hanya saya dan sang nenek yang tersisa.
Sang nenek udah gak sabaran.
Beliau melangkah cepat menemui si perawat.
” Saye bile nak dipanggel,”protesnya dengan logat Melayu yang kental. “Nama ibuk siape ?
Name saye DARE !!Tak satupun yang menyahut atau masuk ke ruang periksa.
Ketika matahari mulai naik, hanya saya dan sang nenek yang tersisa.
Sang nenek udah gak sabaran.
Beliau melangkah cepat menemui si perawat.
” Saye bile nak dipanggel,”protesnya dengan logat Melayu yang kental. “Nama ibuk siape ?