Dalam permainan catur, badai serangan dari segala arah, dapat memojokkan Raja ke posisi Zugzwang (bahasa Jerman). Posisi Zugzwang adalah di mana apa pun langkah yang akan diambil, maka akan tetap kalah. Biasanya, serangan yang diarahkan kepada Raja adalah dalam bentuk penyerbuan atau serangan kombinasi.
Demikian juga halnya dengan posisi Setya Novanto malam ini. Ia sudah mengirimkan surat pengunduran diri kepada Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI yang isinya adalah surat pernyataan pengunduran diri. Nurul Arifin, staf Ketua DPR menyatakan bahwa pengunduran diri Setya adalah untuk menghindari kegaduhan politik.
"Maka, untuk menjaga harkat dan martabat, serta kehormatan lembaga DPR RI serta demi menciptakan ketenangan masyarakat, dengan ini saya menyatakan pengunduran diri sebagai ketua DPR RI periode keanggotaan 2014-2019." demikian bunyi surat pengunduran diri yang beredar di kalangan jurnalis DPR.
Setya yang dituduh mencatut nama Presiden Joko Widodo dijatuhi hukuman etik oleh para anggota MKD. Sepuluh anggota menjatuhkan sanksi sedang, sedangkan 7 anggota lainnya meminta MKD agar menjatuhkan sanksi berat.
Aneh ya dunia politik, di awal-awal MKD sempat memojokkan Sudirman Said sang pengadu dalam sidang sebagai saksi. Eh dalam saat kritis seperti ini malah berbalik menjatuhkan sanksi buat ketua nya. Lobi politik tingkat tinggi diduga menjadi penyebabnya. Diduga, partai-partai yang berada di belakang perwakilan mereka di MKD itulah yang memaksa para anggota MKD dalam pengambilan keputusan untuk menjatuhkan sanksi kepada Setya Novanto.
Nah, agaknya partai-partai atau ketua partai sudah dilobi oleh kekuatan politik yang sangat perkasa. Termasuk barangkali ada yang memaksa Setya Novanto untuk mengajukan pengunduran diri.
Kegaduhan politik pastinya tidak menguntungkan orang banyak. Paling-paling segelintir orang yang mengail dan dapat ikan kecil-kecil di air keruh ini. Jauh lebih penting suatu bagi bangsa bersatu dalam mencapai tujuan-tujuannya.