Saturday, April 12, 2014

Pp..p..Pelor Tuan...Dorr!!

Tragedi ini terjadi di Silaing, tidak jauh dari Air Terjun Lembah Anai, Sumatra Barat, sekitar tahun 1941. Situasi keamanan saat itu sangat rawan karena Jepang dikabarkan akan menyerbu Indonesia. Seorang tukang pedati yang berasal dari pedalaman Kayutanam bernama Nyik Ayiang dengan kerbau tuanya yang melangkah pelan mulai memasuki daerah tanjakan terjal ketika tiba-tiba empat orang serdadu Belanda yang berpatroli dengan menghentikan pedatinya.



Dengan tatapan curiga sang komandan yang bernama Sersan Jansen bertanya,"Hei pak tua, apa yang kamu bawa heh ?" Nyik Ayiang terpaku sejenak karena tidak pernah menghadapi patroli Belanda sebelumnya, namun dengan terbata-bata beliau menjawab,"P...p..pelor Tuan". "Apa, apa ik tidak salah dengar heh?,"hardik sersan Jansen.Nyik Ayiang pun gemetar dan semakin gugup, toh dia sudah merasa jujur dan menjawab dengan benar, tapi malah jawaban itu membuat pasukan Belanda semakin waspada dan curiga. P..p..pelor Tuan...,"jawab Nyik Ayiang sekali lagi. Tiba-tiba...Dor ! Kopral Hans yang dari tadi siaga menembak kaki Nyik Ayiang hingga orang tua ringkih itu jatuh tersungkur di tanah.


Setelah mengamankan Nyik Ayiang, dua serdadu lainnya dengan kasar membuka pintu pedati dan membongkar isinya...dan...hah ternyata hanya ubi jalar. Sebagian orang Minang menyebut ubi jalar dengan pelo atau ubi pelo. Ah ternyata ada kesalahpahaman, Nyik Ayiang dengan pemahamannya sendiri menyebut pelo dengan "pelor" (peluru dalam bahasa Betawi). Serdadu Belanda yang memang markas besarnya di Batavia berkesimpulan bahwa "pelor" yang dimaksud Nyik Ayiang adalah peluru. Ada-ada saja. Akhirnya sersan Jansen membawa Nyik Ayiang ke markas Belanda di Padangpanjang dengan jeepnya untuk menjalani perawatan.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment