Sebagai pedagang resmi, Cici Panda protes keberadaan PKL yang berada di mana-mana. Menyebabkan berkurangnya omset para pedagang yang membayar pajak resmi kepada pemerintah.
Menuirut Narji, sebaiknya mereka jangan jualan di pinggir jalan, tapi di tengah jalan. Bila perlu di jualan di IKL (Indonesia Kaki Lima).
Menurut Cak Lontong, jangan hanya bicara sisi negatitnya, karena PKL ini positifnya sedikit sekali. PKL ada semenjak ada trotoar, kapan mulai ada trotoar, ya sebelum ada PKL. Zaman Belanda, lebar trotoar adalah 1, 5 meter.
Sebenarnya, jangan terjebak dengan istilah. PKL ada yang bilang Pedagang Kaki Lima. Banyak. Pada saat Cak Lontong melakukan survei kepada 100 orang yang dianggap PKL, ternyata mereka bukan Pedagang Kaki Lima. Cak Lontong mengadakan survei pemilihan waktu survei sebelum melakukan survei. Hasilnya, 100 orang itu tidak mau disurvei.
Berdasarkan survei 100 orang eh ternyata mereka bukan pedagang kaki lima. Dari 100 PKL yang saya survei :
- Ternyata yang namanya Pedagang Kaki Lima itu, kakinya cuma dua
- PKL dianggap mengganggu kota. Jakarta tidak pernah terganggu dengan Pedagang Kaki Lima yang di Surabaya , Medam dll.
- Istimewanya, kita menganggap barang yang dijual PKL itu sederhana, semua barang yang dijual di PKL itu adalah barang yang kita butuhkan.
- Tidak ada
- Apalagi yang ke lima, keempat saja gak ada.
- Dikurangi kakinya
- Supaya PKL gak ada, pedagangnya dilarang membeli.
- sampai 7 gak ada